Kamis, 23 Oktober 2014

SKANDAL BINTANG LIMA

Di sebuah Apartemen mewah.  Wanita itu menaruh sebuah kamera bermata biru, tepat diatas tempat tidur juga dibeberap sudut-sudut kamar.  Sejenak ia memperhatikan sekeliling kamar, apakah ada yang ia lupakan? Pikirnya.  Ah, semua sudah lengkap.  Senyumnya mengembang.  Sekarang tinggal ia mempersiapkan diri bersih-bersih biar harum biar wangi untuk menyambut kekasihnya.
         
       Sore baru saja tiba, matahari masih panas.  Seorang lelaki paruh baya turun dari sebuah mobil mewah, semewah penampilannya.  Iapun melangkah masuk apartemen dengan langkah terburu, lihat kiri kanan lalu masuk ke Lift, jari telunjuknya menekan tombol 7 dan iapun melesat naik ketujuan.  Sebuah kunci dikeluarkannya dari kantong celana khakinya yang tersetrika rapi.  Aroma parfum mahal mengikutinya, senyum manis dipadu hasratnya yang menggebu membuat langkahnya kian cepat.  Rasa letih setelah seharian rapat di parlemen hilang begitu tangannya menyentuh gagang pintu.  Satu kali putaran kunci iapun melangkah masuk, kamar no. 345.  Seorang wanita sudah menantinya, dengan baju transparan.  Sangat terbuka hingga laki-laki itu tak kuasa ucapkan salam.  Merekapun melebur menjadi satu hingga malam menjelang.
          ”love you,” katanya alus membuat lelaki itu berbunga, geli dan sedikit merinding karena kata itu diucapkan si wanita tepat digendang telinganya.  Silelaki itupun langsung  menciumi lagi siwanita, ia tak jadi pergi tapi kembali ke atas ranjang dan berlaku tabu.  Satu jam kemudian tanpa mandi lagi hanya rapi-rapi silelaki pergi.
          ”sampai besok sayang,”
          ”mwwwhh,”

Dua hari kemudian, lelaki itu ditemukan tewas bunuh diri setelah menenggak racun dengan serakahnya di dalam kamar mandi di rumahnya.  Sambil memegang sebuah koran yang memajang fotonya dengan tulisan super besar; SKANDAL SEX POLITIKUS PARTAI A. Di ruang keluarga, istri dan anak-anaknya melongo melihat berita serupa di televisi.

Malu aku
Pada ke-malu-anku
Zaman sudah buta
Zina pinggir jalan

Aku malu
Pada pemimpinku
Akhir zaman tiba
Sumpah palsu bertebaran

Malu aku
Pada mereka yang tak tahu malu dan bersumpah palsu
Malu aku
Pada rasa malu yang hilang


Sementara itu si perempuan  tersenyum bahagia mendapatkan ketenaran, popularitas instan yang dikejarnya.  Juga bayaran dari orang yang menyuruhnya melakukan semua sandiwara biru itu.  

Tidak ada komentar: