Kamis, 30 Oktober 2014

BERITA INI HARI


Aku cari Koran pagi, koran siang, Koran sore kalau ada yang malam pun pasti aku cari.  Tapi jangan salah, aku bukan orang penting negeri apalagi orang hebat negeri atau orang yang haus akan informasi tentang negeri.  Aku juga bukan pengusaha negeri, politikus negeri, ekonom negeri, mahasiswa negeri, bahkan aku tidak termasuk orang dari kalangan umum di negeri ini.  Aku hanya seorang pengangguran jelata.    



Kalau orang penting negeri apalagi orang hebat negeri pasti bisa beli Koran bahkan mereka yang punya perusahaan Koran.  Juga pengusaha, pasti bisa beli Koran juga  beli perusahaan Koran. Politikus negeri tentu pasti bisa beli Koran juga punya Koran sendiri, Ekonom juga pasti bisa beli Koran dan dibeli oleh Koran.  Mahasiswa juga bisa beli Koran karena sering masuk Koran.  Aku, aku hanya bisa cari Koran bekas ndak bisa beli, lha wong aku pengangguran ngak punya uang.  Tapi aku sering cari Koran bekas buat tambal pagar rumah juga buat dijual kiloan.

Aku cari Koran pagi, Koran siang, Koran sore kalau ada yang malam bukan untuk tahu berita tentang negeri yang selalu bikin ngeri, selalu bikin iri, juga kadang bikin lari.
           
             Selamat Pagi;
Kubuka mata
Kubuka telinga
             Belum kuhirup seteguk pagi
Kulihat luka
Kulihat duka
             Hari masih pagi.

            Selamat Siang:
Masih terluka
        Masih berduka
             Aku Kenyang!
       SELAMAT MALAM!

Aku hanya seorang pengangguran jelata, bukan orang penting negeri atau orang hebat negeri yang selalu membuat berita yang membuat aku makin stress.  Aku bukan seorang politikus negeri yang selalu mem-politik-kan negeri dalam Koran.  Aku bukan pengusaha negeri yang selalu meng-usaha-kan negeri atau ekonom negeri yang pintar mengatakan sesuatu tentang negeri, aku bukan mahasiswa yang berani melawan pemimpin negeri, aku juga bukan masyarakat umum yang selalu tersenyum melihat berita negeri.  Aku hanya pengangguran yang butuh pekerjaan dinegeriku.

Aku cari Koran hanya untuk lihat apakah ada lowongan pekerjaan untukku.  Seorang tamatan SMP, usia 28 tahun, punya istri dan seorang anak, punya orang tua, renta.  Ngak bisa bahasa Indonesia tapi fasih bahasa sasak Lombok, sedikit jawa, sedikit Sulawesi, juga papua, juga Kalimantan, fasih bali, inggris lumayan.  Senang bekerja ngak malas, disuruh ngapain aja bisa asal halal, karena aku takut sama Tuhan.  Kalau ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuanku, Koran itu pasti kubingkai kutaruh dekat photo bapak presiden, burung garuda dan bapak wakil presiden.  Aku ikhlas photo emak sama bapak kutaruh di bawah mereka, tapi sayang lowongan pekerjaan tidak mencari orang seperti aku.

Satu hari, aku duduk ditepi malam
menatap bintang yang bertaburan
berjuta ia bersinar dalam kelam
kutatap satu, hanya satu
dan kuingin itu

lalu kukayuh mimpiku
bersama angin bersama inginku
membawanya mendekat
agar kutahu ia tak hanya memikat

namun seribu mimpi-mimpi lain sudah lebih dulu merapat
meraihnya dan membawanya minggat

satu hari, aku masih duduk di tepi malam
menatap rembulan yang hanya satu
cahayanya terang hingga penuhi malam
kutatap saja, hanya menatap tak kuinginkan itu

karena kutahu
aku takkan mampu bersaing dengan seribu mimpi-mimpi lain yang lebih dulu,
mendekat, meraihnya dan membawanya pergi

Karena orang sepertiku tak dibutuhkan di negeriku, akupun ikut si mamat pergi ke negeri orang jadi tenaga kerja.  Daripada  makin melarat,  sekarat tanpa pernah berbuat, hanya duduk diam dan berharap kapan negeri bisa membantu.  Jadi kuikut saja.  Walau mungkin nasibku sama seperti si To’ing yang pulang tinggal rangka, atau si somat yang pulang tinggal nama, atau si gondo yang ngak pulang-pulang.  

Aku ada dikoran, pagi, siang, sore, malam.  Masuk dalam Koran, dan di bingkai emak bagus mengganti photo bapak presiden dan wakil presiden.  Tentang aku yang dihukum pancung karena bela harga diri saat mau diperkosa.

Tidak ada komentar: