Senin, 27 Oktober 2014

ORANG GILA

melangkah tanpa henti
tubuh bau-kotor dan berdaki
sorot mata tajam-liar dan ciutkan nyali
orang gila menari

“aku manusia yang paling disayang Tuhan”
celotehnya sepanjang jalan berdebu
pada batu, pada pohon, pada semua.  juga aku

tereakkan rasa dijiwa
ungkapkan muak pada semua

sesekali diam membisu dengan langkah kaki yang selalu terburu
seperti ada yang memburu
dan cemooh-cemooh itu
juga caci maki yang selalu terdengar seru

beberapa ada yang kasihan
tawarkan makanan atau sekedar lemparkan senyum penuh perasaan
atau mungkin juga mereka takut
lalu secepatnya kembali dalam rumah sembunyi dan mengkerut

aku pernah bertemu dengannya satu siang
                  dijalan setapak ditengah ladang
kotor-kumal-dan bau
bercerita tentang dirinya yang memberontak terhadap rumah
yang membuat otaknya kram menyimpan beribu resah
pada sesuatu yang ia tak mampu kalahkan

tatapnya kosong memandang langit
tak pernah kulihat sebelumnya selain sorot liar dan jalang
membuatku sadar ia masih bisa ditolong
namun segera terhenti saat ia kembali kumat
dengan segala kata’kata yang tak pernah kudengar sebelumnya selain kotor dan sesat

suram hari depan
suram masa depan
sesuram negeri ini kawan

jalan panas berdebu
tanpa henti tereakkan “aku manusia yang paling disayang Tuhan”
pada batu, pada pohon, pada semua juga pada aku
“aku pasti masuk surga, dan kalian pasti neraka.”
“ini negeri sudah gila, bukan aku yang gila, kalian yang gila, ha..ha..ha gila,ha..ha semuanya gila.”

tereakkan penat dijiwa
ungkapkan muak pada semua
pada negeri yang congkak yang dipenuhi belatung
disepanjang jalan disetiap tanah lapang

Tidak ada komentar: