Selasa, 21 Oktober 2014

Perempuan Yang Mengidolakan Kitaro

Perempuan itu menaikkan volume i-pad nya membuat gendang telinganya penuh dengan alunan instrument yang begitu damai dan menghanyutkan.  Seharian ia hanya bermalas-malasan dirumah ditemani Kitaro, musikus mistis menurutnya karena disetiap music yang diciptakannya ada terasa sesuatu yang magis mengikuti disetiap alunan nada yang tercipta.  Membuat perempuan itu terkadang merinding, terkadang seperti terhipnotis sampai hilang dan menghilang kedalamnya.  Ciptakan khayal tentang dunia lain dan hidup didalamnya.
         
Kitaro yang nama aslinya Masanori Takahashi adalah anak seorang petani Shinto yang lahir di Toyohashi, Prefektur Aichi.  Nama kitaro didapatnya dari teman-temannya yang diambil dari nama tokoh film kartun jepang.  Lelaki yang kini menetap di negeri paman sam ini telah menjadi idolanya.  Hilangkan penat dijiwa lepaskan beban hidupnya.

          Instrument thinking of you yang pernah menyabet grammy tahun 2001 bawa perempuan itu berziarah ke masa lalunya, masa lalu dengan lelakinya yang kini telah hilang dan menghilang tinggalkannya sendiri dengan noda hitam atas nama cinta.  Bawanya terbuang ke lembah para pelacur dan terkucilkan dari peradaban yang beradab.  Kerinduan pada cinta yang tulus menyeruak dalam hatinya, thinking of you bawanya merindukan itu.
         
                Bayangmu mewangi
          Datangi malamku dalam mimpi
          Bersatu kita malu
          Berpisah kita merindu

          Cinta?
          Kemana kan kubawa?
          kalau kau kabur

          Kini terlempar ku terhempas
          Satu noda kau cipta
          Dan kau sirna

          Merana kumerana
          Sendiri
          Sepi

          Hari ini perempuan itu hanya bermalas-malasan dirumah kontrakannya setelah enam hari penuh ia bekerja sebagai pekerja sex.  Letihnya direndam dalam bak mandi air hangat bersama kulit mulusnya yang terasa kotor, ia terus berendam sampai letihnya terlepas dari badannya.  Koi mengalun bawakan panorama damai yang ia butuhkan untuk lupakan semua penat dijiwa lupakan kotor hidupnya. 

      Tiba-tiba dadanya memecah damai saat kitaro menghentak oleh suara pukulan drum Taiko-nya yang bergemuruh bawanya ke tembang marah, ingatannya pada kekalahan-kekalahan pada keputus-asaan pada penghinaan.  Juga  pada cinta yang kesemuanya menjadi kepalsuan nyata.  Cinta baginya sesuatu yang langka, sulit, mahal dan tak terbayangkan, lagi.  It’s bullshit!.  Lalu ia bangkit mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya.  Didepan cermin ia menatap dirinya melepas balutan handuk hingga sekujur nya telanjang, setetes bening airmatanya diam-diam menetes.  Dibilasnya lembut tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan wewangian, agar para lelaki-lelaki hidung belang yang ingin menikmatinya rasakan gairah dari tubuhnya.  Agar ia masih bisa punya nilai jual tinggi.


Seorang lelaki telah menghubunginya,
          “malam ini sayang di tempat biasa, jam 23 jangan sampai aku menunggu ok,”
Perempuan itu berkemas, bawa keharuman ditubuhnya, bawa senyum di bibirnya, bawa riang disetiap langkahnya.  Dan menyimpan kesedihan di laci meja riasnya bersama hatinya agar tidak mengganggu. 

           Dalam taksi kitaro mengiringinya yang mengalun dalam dirinya, fiesta, estrella sepanjang jalan dipertengahan malam menuju hotel.  Jari jemarinya ikuti nada tubuhnya berdendang gerakkan irama menembus malam mengawali harinya menjadi wanita yang berbeda.  Perempuan yang merintih menyesali diri itu ditinggalnya dirumah kontrakan disekap dalam kamar dan terkunci bersama nuraninya.

         Ia akan berlaku tabu dengan indah seperti keindahan seorang Kitaro dalam musiknya, ia terkadang seperti menikmati terlihat seperti menghayati pekerjaannya.  Liar dan jalang bahkan seronok jorok akan ia lakukan tanpa terlihat sedikitpun ekspresi penyesalan ekspresi kesedihan.  Kepuasan pelanggan adalah yang utama, untuk dirinya sudah ia tinggalkan dirumah dalam laci meja riasnya.


          Sebuah pesan di handphonenya, “kutunggu di kamar 234 Hotel X.” bawanya segera meluncur setelah bersih-bersih betinanya dan mengambil bayarannya, tinggalkan satu lelaki menuju ke lelaki lainnya.  Tak terasa malam sudah renta, tapi ia masih harus menyapa satu lagi lelaki di penghujung malam sebelum kembali pulang mencari kesedihannya juga hatinya yang tersimpan di laci meja riasnya memeluk perempuan yang merintih dalam kamarnya mengambil nuraninya lalu memutar Silk Road kitaro dan menangis sepuasnya.

Tidak ada komentar: