Pernah
kah kau katakan yang sebenarnya saat hatimu dipenuhi tumpukan rasa cinta hingga
hanya hadirnya saja yang penuhi segala ruang sampai tak ada tempat untuk yang
lain?, aku tidak, aku tidak pernah mengatakan yang sebenarnya karena saat itu
kebenaran akan menyulitkanku mendapatkan cintanya sedang hati tak harapkan yang
lain. Aku buta, buta karena cinta dan
menganggap kejujuran adalah penghalang.
Kukatakan saja aku perjaka, sedang nyatanya
aku lebih jalang dari anjing liar dipinggir jalan yang umbar kejantanannya
sepanjang hari disepanjang jalan.
Aku salahkan nasib yang terlambat tawarkan
dirimu hingga aku tak berani jujur agar indahmu tak segera berlalu, kalau saja
ada keyakinan dalam diriku kau akan menerima. Aku akan katakan. Namun nyatanya tidak, kau terlalu indah dan
sayang untuk dilepaskan begitu
saja hanya untuk bersikap gentle. Kejujuran sedang libur that day.
Ia datang di satu pagi mencari temannya yang
katanya kabur dari rumah, dan sudah satu minggu menghilang. Ia katakan itu padaku sambil berharap aku
bisa memberikannya sedikit informasi, katanya aku kemungkinan besar tahu, itu
menurut orang-orang yang sempat ditanyanya lebih dulu. Seorang bartender seperti aku, menurutnya,
setidaknya mendengar banyak hal walau itu sambil curi-curi dengar.
Sudah tiga hari ia berkeliling dari satu bar
atau café ke bar dan café diseluruh kota, sampai akhirnya bertemu denganku
diujung letihnya dan putus asa sambil memperlihatkan foto temannya. Dan, kebetulan, ya aku mengenalnya. Ia kukenal dua hari yang lalu saat seorang pelanggan
memesankan minuman untuknya, kudengar sepintas pembicaraan mereka, dan kurasa
ia tak sesuci yang ia katakan. Ia sama
seperti Lady Q, Violet, atau Dio dan yang lain yang berprofesi sebagai pemain
nafsu. Ah, aku jadi teringat bau tubuh
mereka. Ya, aku pernah bersama mereka,
sampai habis.
Dan aku berjanji akan membantunya mencari,
singkat cerita, kamipun semakin akrab.
Bahkan aku berharap pencarian ini tak pernah akan berakhir, agar pesona
yang ia pancarkan tak segera berlalu.
Aku masih menikmati indahnya, biasanya tak sampai satu hari setiap ada
pesona yang kulihat pasti bisa kujerat lalu kujilat hingga habis gelap. Tapi padanya, menyentuh tangannya saja aku
sungkan, hanya bau tubuhnya saja yang kuserap sepanjang jalan. Aku jatuh cinta.
Ranjang dikamar kostku telah lama tak
disentuh wanita, sejak aku mengenalnya.
Seingatku, terakhir kali yang menidurinya adalah temannya yang ia cari,
sebelum akhirnya pergi dengan lelaki lain.
Kini membayangkan mereka semua yang pernah
mampir ditempatku membuatku ketakutan, takut akan hadirnya dan menemukan
jejakku lalu ia pergi. Jadi kuputuskan
saja untuk mengungsi dan berusaha menghapus sedikit demi sedikit jejak
hitamku. Dan melupakan semua kenangan
per-nafsu-an yang telah lalu dan tabu, agar dia
tak ragu akan tulus cinta yang akan kuucapkan nanti.
Dan sepertinya langit merestui keinginanku,
kitapun berpelukan walau dalam hati, yang penting indahmu sementara jadi
milikku. Dan kaupun sepertinya
setuju. Hari-haripun makin kian berseri
dengan hadirmu ditempatku, kau tak sungkan apalagi ragu atau takut. Hatimu telah katakan yakin padaku dengan
ciuman yang kau hantarkan, walaupun sesaat dan itupun dijidat bukan dibibir
tapi tetap terasa nikmat.
Waktupun berjalan, hatimu telah bulat katakan
aku milikmu, hasrat dipuncak tertingginya.
Kaupun tenggelam dalam pelukku, seperti yang lain, tapi tidak dengan
perasaan seperti saat ini yang sungguh tulus mencintai. Ada segunung beban berat dihati, saat kau
serahkan keseluruhanmu yang terlihat begitu polos dan jujur.
Jam
sudah diambang pagi, malam yang indah dan seks yang hebat. Kau menatapku lembut sambil memelukku erat,
seakan ingin katakan; jangan tinggalkanmu. Kataku tak mungkin, walau dalam
hati. Sampai kau bangkit dan menempel
lebih erat, menciumku lalu kau katakan sesuatu yang seharusnya aku katakan dulu. katamu ; “aku tak sesuci yang kau kira.”
Akupun terkejut, tak menyangka akan jujurnya ungkapkan, bahkan dirikupun tak
sanggup tuk katakan bahwa akupun tak sesuci yang ia bayangkan.
Ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar