Minggu, 26 Oktober 2014

BIRAHI YANG TERLANTAR

Perempuan itu hanya akan menghela napas panjang saat lelakinya langsung tertidur setelah pulang kantor sedang malam masih pagi.

Hanya pada tengah malam ia menggantungkan harapannya untuk bisa tenang dan menikmati kebersamaan dengan lelakinya karena pagi sampai malam lelakinya bekerja untuk menghidupi keluarga kecil mereka yang sudah dikaruniai 3 orang anak.  12,  9  dan  6 tahun.  Tapi sudah beberapa bulan ini lelakinya tak pernah lagi menyentuh dirinya dan menyambangi betinanya.  Malampun jadi tak seindah malam-malam yang lalu.
“saat malam yang dipenuhi berjuta kelip bintang dilangit kita telanjang  tidur diatas permadani alam dan diselimuti tetes embun.  Dingin, tapi hasrat kita akan mengusirnya ”
Lelakinya sudah tenggelam dalam kantuk yang teratur hingga suara dengkurnya  seperti alunan nada.  Jelas lelakinya terdengar lelah dan kalaupun dipaksanya untuk bercinta dengannya lelakinya takkan mampu memuaskannya.  Iapun terpaksa akan memaksa matanya untuk segera tertidur walau birahinya masih terjaga dan akan tetap terjaga hingga pagi menjelang.
Malam dengan birahi  yang terlantarkan adalah malam yang sangat panjang.  Gelisah dengan otak yang tumpul buntu tak ada pikiran selain keinginan untuk melakukan sex yang hebat dan lepaskan semua hasrat hilangkan penat sampai tuntas demi menjaga keseimbangan dan keharmonisan hidup juga kesehatan jasmani dan rohaninya.  Tapi malam ini kembali ia harus kecewa..
Padahal ia sudah mandi dengan sabun beraroma bunga nirwana yang rela dibelinya dengan harga mahal untuk menciptakan wangi tubuh sesemerbak tubuh bidadari.  Mengolesi betinanya dengan wewangian surgawi dengan harapan agar membangkitkan hasrat lelakinya dan akan membuatnya semakin bergelora, bangga dan bahagia.
Ia gundah semalaman menghela napas panjang tenangkan diri , juga betinanya lalu tertidur saat jam dinding katakan jam 3 pagi.


Perempuan itu bangun dengan mata yang masih mengantuk saat jam dinding dikamarnya katakan jam 5 pagi, dengan birahi yang masih terjaga perempuan itu mulai memulai kegitan paginya.  Ia terlihat segar dan kuat padahal itu semua adalah pelampiasan hasrat birahinya yang terlantar  semalaman.  Sementara lelakinya dan anak-anaknya masih terlelap dalam.
Ia langsung beres-beres bersih-bersih lalu mempersiapkan sarapan pagi, baju, celana, sepatu untuk lelakinya dan anak-anaknya.  Kantuknya makin  memaksa.  Juga birahinya, dan mengajaknya untuk tidur, tapi ia terus menyelesaikan tugasnya.
“apakah ia bosan?” pikirnya mengkhawatirkan keadaan dirinya akan sikap lelakinya belakangan ini.  Lalu, iapun berjanji akan melakukan yang terbaik dengan dirinya untuk lelakinya.  Dan nanti malam ia berjanji akan memberikan yang terbaik.
Setelah peluk cium dan melepas lelakinya dan anak-anaknya ke kantor dan kesekolah, iapun segera bersih-bersih beres-beres tubuhnya lupakan kantuk yang mengekorinya.  Pergi kesalon sampai siang, cuci diri cuci semuanya hingga tubuhnya mewangi seperti bidadari, dan betinanya,  segar sesegar embun pagi.  Demi lelakinya demi dirinya demi birahinya yang terlantar.
Sambil mendengarkan Kitaro ia menenangkan keseluruhannya agar bisa relax dan tentram dan tertidur.  Hanya kitaro yang bisa membuatnya  meredam hasrat besar birahinya juga betinanya agar tetap tenang dan tidak jalang, sambil berharap nanti malam menjadi malam yang istimewa seperti yang diharapkannya.
“seperti malam purnama yang langitnya bersinar lembut dan kita tidur telanjang diatas permadani alam disiram rembulan dan diselimuti embun, dingin.  Tapi hasrat kita akan mengusirnya,”
Anak-anaknya dibiarkan bermain sesukanya dan tidak tidur siang agar malamnya mereka semua letih dan tertidur pulas dan tidak mengganggu hasratnya untuk melebur hingga jauh malam.
Tapi sampai jauh malam lelakinya belum juga pulang dan jam dinding memaksanya resah, birahinya juga betinanya hingga otaknya kram.
“apakah lelakinya punya wanita lain?” pikirnya membuat birahinya naik pitam.
“apakah ia sudah tidak semenarik dulu?”katanya pada wajahnya di cermin.
Ia hanya mendesah lalu mengambil i pad-nya memasang earphone ditelinganya dan mencari kitaro, menaikkan volumenya hingga kata hatinya tak terdengar.  Hanya kitaro yang bisa meredamnya.


Perempuan itu melihat lelakinya menjemput seorang wanita, lelakinya menyambutnya dengan senyum yang biasa ia dapatkan dulu.  Lalu lelakinya mencium lembut bibir wanita itu hingga dalam, lalu melumatnya sesaat dan memuntahkannya dengan senyum.

Perempuan itu terus mengikuti lelakinya hingga mereka menepi di sebuah cafĂ© remang-remang.  Terdengar lembut irama yang juga sangat akrab ditelinganya, Silkroad-nya Kitaro memenuhi setiap sudut juga sampai sudut hatinya yang menangis.  Tequila sebagai pembuka lalu sederetan menu perancis tersaji menggugah hasrat, air liurnya menetes, karena menu itu juga biasa mereka pesan sebelum mengisi malam dengan bercinta.  Hasratnya naik pitam, untung ada kitaro yang menenangkan iapun rela untuk diam dan melihat semua keromantisan itu.
Mereka duduk berdua saling berhadapan dengan jari jemari mereka saling menyentuh salurkan perasaan nyatakan hasrat untuk segera tinggalkan tempat dan menepi ke hotel atau motel agar mereka bisa segera lepaskan sel-sel kerinduan yang makin terasa kental.
Perempuan itu hanya melihat dari kejauhan saat lelakinya dan wanitanya masuk ke sebuah motel.  Ia tak berani mendekat hanya pikirannya yang ikut menemani lelakinya.  Lalu mereka akan bergegas membuka pintu kamar sambil berciuman tanpa henti dan tak dilepaskan, saling cium saling kunyah buka baju dengan terburu tak peduli kancing baju terlepas atau celana dalam robek terus berciuman terus terburu, nafsu dipuncak tertingginya saling remas saling cakar lalu melempar diri kekasur dan berlaku tabu semalaman.
“SHIT!”bentaknya pada pikiran-pikirannya yang mulai ngawur dan bangkit dari tempat tidur.  Lalu segera mandi hilangkan kerisauan hatinya dan menyiapkan makan malam sebentar lagi lelakinya pulang.  Dan ia akan menyambutnya dengan wangi tubuh bidadari.
“mengharapkan malam tanpa bulan dan bintang, gelap, telanjang diatas permadani alam yang diselimuti embun.  Dingin, tapi itu akan hilang dalam dekapan.”


Perempuan itu keluar rumah mengantar anaknya yang paling kecil ketempatnya sekolah karena lelakinya katakan tak sempat, lalu ia pergi ke pasar untuk memenuhi isi kulkas yang sudah mulai kosong tanpa mampir ke salon untuk bersihkan diri bersihkan semua sampai wangi.  langsung ke mall, lihat barang bagus beli barang bagus untuk rumah untuk dirinya untuk anak-anaknya untuk lelakinya.

Keringat letih bercampur debu jalan dan polusi kendaraan menempel dikulitnya, penat tapi memuaskannya sejenak dan melupakan kram betinanya yang sudah tiga bulan tak disentuh.  Sampai dirumah ia hanya membilas sedikit tubuhnya tanpa wewangian pokoknya segar.
Beres-beres bersih-bersih lalu dengarkan kitaro dan tertidur sampai bermimpi tentang seorang lelaki yang memeluknya hangat menciumnya mesra.  Menyentuh betinanya menaklukkan birahinya hingga puas segala sampai embun menetes hangat basahi bantal guling dan kasurnya.  Ia telanjang tidur dibawah neon bulat seperti bulan beralaskan permadani turki dan diselimuti sutera yang sedingin embun, dingin,  karena lelakinya tak disampingnya hanya bantal dan guling.
Ia terbangun, malam masih pagi saat tiba-tiba lelakinya muncul dengan senyum menggoda sambil menciumnya mesra hangat dan menggairahkan.  Menggerayangi tubuhnya menggenggam payudaranya yang lunglai menyentuh betinanya yang layu.  Birahinya sudah keluar sendiri sendirian, hasratnya,  dijinakkan kitaro dan seorang lelaki dalam mimpinya.  Iapun hanya bisa pasrah rebahan telanjang bulat tanpa hasrat.  Membiarkan lelakinya merapat dan berbuat.

Tidak ada komentar: