Senin, 03 November 2014

It's All Because Of You

”i love you,”kata lelakinya sambil mencium kening V perempuannya.  V membalasnya dengan senyum, lalu menyodorkan bibirnya yang langsung dikecup lelakinya.

”hati-hati di jalan, dan jangan lupa,  call me begitu kamu sampe. Mwwwah.” lelakinya mengingatkan dengan sebuah kata ciuman panjang.  ”oh so sweet,” batin V  sinis.  Ya ia sinis karena ia tahu kelakuan lelakinya diluar sana, banyak cerita yang didengarnya dari teman, dari orang, dari tempat parkir, dari tisu di saku celana lelakinya yang tinggalkan jejak bibir, juga dari bau tubuh suaminya yang ia hapal  betul bau parfumnya yang tiba-tiba berubah bercampur dengan bau bernuansa feminin na’jis.  Juga dari tingkah suaminya yang belakangan mulai dingin.

”i love you too,” balas V dan terpaksa menyodorkan bibirnya lagi untuk dicium.  Tapi nanti ia akan membilasnya hingga bersih dengan alkohol kalau perlu agar rasa feminin na’jis itu tidak nempel dan menyertai perjalanannya.  Namun kemudian ia tidak jadi membersihkannya, dibiarkannya saja menempel dan melekat agar itu diingatnya sebagai alasan pembenaran akan apa yang akan dilakukannya dengan bibirnya nanti.


V mereda telinganya dengan earphone Blackberry-nya dan mendengarkan Full Eclipse-nya Beethoven yang membawanya melepas penat sambil merapikan posisi duduknya di kursi pesawat yang akan membawanya ke Jakarta.   Rasa nyaman mulai merasuki sekujur tubuhnya, relax sesaat hilangkan pikiran tentang rumah tentang lelakinya.  Tugas luar kota selalu membuatnya nyaman dan selalu diharapkannya setiap bulan agar kantor mengirimnya bukan yang lain.


Sementara si lelakinya selepas kantor langsung nongkrong di sebuah cafe favoritnya sambil  matanya keliling menggoda wanita-wanita cantik yang berkeliaran di cafe dan sekitarnya.  Satu dua kedipan akhirnya ia dapatkan mangsa merekapun kabur ke hotel terdekat, ternyata si wanita teman kencannya di belakang layar. Entah sudah berapa lama.


Di bandara V si perempuannya mampir ke coffee shop, pesan secangkir cappuccino dan sebungkus rokok. Sebelum menyulut sebatang rokoknya, ia menelepon lelakinya, namanya juga udah dipesan.  But, tuuut...tuuuttt....tuut  ”telepon yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.” 
”Fuck.” serapahnya marah, lalu mengambil sebatang rokoknya dan menyulutnya.  Di hisapnya dalam  sepuluh sedetik kemudian gumpalan asap berbentuk bulat dilepaskannya dari bibirnya yang terlihat kecewa.  matanya  serasa rabun dan perih ingin nangis tapi tatapnya jatuh pada seorang laki-laki yang memang terlihat sedang memperhatikannya, mungkin sejak ia memasuki coffee shop itu dari tempat duduknya yang tepat berada di samping pintu masuk. Kacamata hitam besar yang dipakainya menutup perih matanya yang tiba-tiba nakal menggodat.  Silaki-laki mendekatinya.
”ah, who care?,” katanya dan menyambut lelaki itu dengan senyum bibirnya yang masih menempel bekas jejak bibir lelakinya yang ada bekas jejak bibir si feminin na’jis.  Sebentar lagi ia akan menghapus semua jejak itu dan membuat jejak baru untuk dirinya sendiri.

Jam 4 ia sudah harus ke pertemuan untuk urusan kantor.  Sekarang baru jam 1, masih ada waktu 2 jam kosong.  V dan si laki-laki kabur ke hotel terdekat, merekapun bercengkrama selama dua jam di kamar hotel tanpa pemanasan tanpa kata-kata tanpa busana.  Tapi baru setengah jam mereka sudah bubaran, silaki-laki terkapar dan ngorok.  V sedikit kecewa karena mengharapkan sex yang hebat, ia bersandar sambil menyulut sebatang rokok sebelum berkemas, mandi dan keramas.  Tepat jam 4 dia sudah ada dipertemuan dengan klien. Jam 6 ia sudah kembali ke bandara menunggu pesawat yang akan membawanya pulang.  Jam 8.30 ia sudah dirumah, mencium hangat lelakinya.  
”semuanya lancar.” katanya saat lelakinya menanyakan hasil perjalanannya. 

Tidak ada komentar: