Minggu, 09 November 2014

PADA SUATU HARI

Rumahnya selalu sepi, apalagi buat berdua.  Walau ada dua ekor kucing persia tetap saja sepi, apalagi orang tuanya sibuk dengan kesibukannya masing-masing.  Akhirnya, iapun bebas membawa siapa saja kerumahnya, termasuk anak perempuan itu.  Matapun bertemu, hati berbisik, jiwa hanyut, lepas. Akhirnya atas nama cinta merekapun resmi menjadi sepasang kekasih.  
Setelah kuliah, merekapun kembali ke rumah sepi itu.  Membawa cerita cinta mereka yang tertunda.  Ribuan kata-kata manis bernuansa magis karena setan ikut menemani jadi agak sedikit na’jis.  Bercanda dengan belaian lalu bertengkar dengan cubitan, diakhiri dengan ciuman yang akhirnya pergi ke pelaminan.
”aku akan mencintaimu selama lama lama lamanya, sayang,” janji si anak lelaki.
”sungguh?,” kata si anak perempuan butuh keyakinan lebih sebelum dicumbu
”darling darling darling, bagaimana bisa aku tinggalkanmu sedang dirimu begitu sempurna.” gombal
”aah..” si anak perempuan mesem-mesem digelitik ndak tahan pengen mesum.
Hari masih pagi mereka masih wangi, satu dosa tercipta sekali lagi, semua atas nama cinta. 
Hari berganti hari cinta masih setebal bumi.  Matahari muncul dan tenggelam, siang, malam. Minggu berganti bulan cinta masih tebal walau tak setebal kemarin. Saat bulan purnama ke 13 cinta mereka, rumah anak lelaki itu kembali sepi.  Setelah si anak perempuan bisikkan kalau rahimnya katakan hamil.
”pokoknya aku ingin kita menikah,” rengek si anak perempuan
”dalam keadaan kita masih sekecil ini tanpa persiapan apa-apa?” si anak lelaki bingung ketika dimintai pertanggung jawaban atas denyut jantung spermanya yang berkembang biak dengan gelisah.
”dulu janjimu apa? Saat kau menikmati tubuhku,” tagih si anak perempuan ingatkan janji si anak lelaki tentang janji’janji cintanya.  Si anak lelaki hanya diam, lalu bisikkan sebuah kata kunci untuk solusi mereka tapi si anak perempuan menolak.  Merekapun bertengkar dalam rumah yang selalu sepi, walau ada dua ekor kucing persia tetap saja sepi.  
Anak perempuan itu tak pernah lagi kembali, katanya mereka putus karena si anak perempuan ngak mau lagi di elus.  Tapi sebenarnya, si anak perempuan itu tetap berada dirumah sepi itu.  Setelah pertengkaran itu, ia di kubur si anak lelaki dibelakang rumah setelah si anak perempuan mati karena dipaksa  aborsi.

Ah.

KAMPRET



Negeriku penuh Belatung
Hukumnya pincang
Politiknya maling
Rakyat masuk angin

Negeri meriang kena demam
Jelata kering ngak ada yang faham
Politikus maling hanya bisa diam
Kampret..!!

DO'A JELATA


Ya Tuhan kami, Tolong
Hancurkan
Musnahkan
Sampai Habis
Sampai Mampus

Ya Tuhan kami, Tolong
Kutuk
Hina

Terhinakan
Di Dunia Di Akhirat
Pemimpin bejad bin dzholim
Yang menari diatas derita kami
Mohon
Sampai Habis
Sampai Mati
Biar Mampus
Amiiin.

Jumat, 07 November 2014

MARI MEMBERONTAK!


Negeri diujung Mati
Jiwa dan Raga tak lagi sehati
Bhinneka Tunggal Ika hanya ilusi

Aku benci, benci pada semua
Ibu Pertiwi tak lagi damai
Negeri diujung Mati

Aku Muak, Muak pada semua


 


Tanah Air ku airmata

Bangkit, bangkitlah wahai
Pemuda pemudi negeri
Bangunkan jiwa yang hampir Mati
Ibu Pertiwi tak mampu lagi berdiri
Raga habis digerogoti rakus dan serakah pengkhianat negeri

Mari Memberontak, negeri diujung Mati

Mereka tak peduli

Rabu, 05 November 2014

ANJING MABOK

 

Hei kalian, yang terlupakan yang dilupakan
Ayo kita mabok aja sekalian
Tuangkan tuak sebanyak lambung mampu menampung
Sampai pusing

Mabok kita
Mabok bikin ngantuk
Muka merah bukan marah

Cuma pengen muntah

Lihat mabok mereka mabok kekuasaan
Sampai lupa diri kalau jadi MALING

ANJING!

Senin, 03 November 2014

DIA-log

Once upon a time saat pertamakali aku dirundung bosan yang super.  Sang Guru datang menghampiri dan berkata :
"Duhai Muridku, jangan engkau meminta kepada Allah untuk dikeluarkan dari satu kondisi untuk ditempatkan dikondisi yang lain.  Because, jika memang dikehendaki-Nya, Dia akan menempatkanmu tanpa harus mengeluarkanmu dari kondisi sebelumnya."
Aku hanya menatapnya bisu, lalu beliau berkata lagi
"Hidup itu pergulatan panjang.  Bila kita tidak ingin lelah, sebaiknya ikuti saja irama-Nya.  Kita tidak perlu mencoba beralih dari suatu keadaan rohani ke keadaan rohani yang lain.  Because, pada setiap episode hidup kita sebenarnya sedang diajari untuk memiliki sikap rohani yang cerdas.  Kita tidak juga layak menentukan tahapan-tahapan perilaku kita.  Sabar, syukur, tobat, dan tawakkal senantiasa meliputi keadaan yang kita alami.  Tugas kita hanyalah menjalani apa yang harus kita alami.  Yakinlah muridku, bila Allah menghendaki, bisa saja engkau menjadi pribadi yang senantiasa memiliki sifat berserah, tetapi juga sabar.  Nikmatilah jamuan-Nya tanpa perlu menanyakan ramuan-Nya."

Langit menatap sejuk dengan tatap matahari sore yang syahdu.  Lembut warna senja perlahan usir penat di otakku. Aku masih tediam, walau hati sedikit terasa tentram.
Sang Guru menatapku sayang, wajahnya katakan kalau ia masih melihat kegundahan disekujur tubuhku.  And then he says :
"Dalam setiap tarikan napas, terdapat takdir Allah yang berlaku atas dirimu muridku.  Napas adalah momen.  Entahlah, apakah kita masih bisa menjaga momen tersebut dengan baik atau tidak.  Kesadaran spiritual mengajarkan kepada kita bahwa setiap hembusan napas kita adalah "Tanda" hadir-Nya dalam kehidupan kita.  Manusia yang cerdas pastilah tidak akan menyia-nyiakan anugerah yang satu ini.  Because, bila "Tanda" hadir-Nya berhenti, selesailah semua bentuk perjalanan.  Hilanglah semua momen dan tertutup kesempatan.  Cobalah memulai menghargai napas (momen) mu, Feel it kelembutan-Nya pada setiap tarikannya.  Dan engkau akan menemukan semua menjadi begitu berharga."

Aku makin terdiam, sunyi.  "God, maafkan aku." batinku berbisik.

It's All Because Of You

”i love you,”kata lelakinya sambil mencium kening V perempuannya.  V membalasnya dengan senyum, lalu menyodorkan bibirnya yang langsung dikecup lelakinya.

”hati-hati di jalan, dan jangan lupa,  call me begitu kamu sampe. Mwwwah.” lelakinya mengingatkan dengan sebuah kata ciuman panjang.  ”oh so sweet,” batin V  sinis.  Ya ia sinis karena ia tahu kelakuan lelakinya diluar sana, banyak cerita yang didengarnya dari teman, dari orang, dari tempat parkir, dari tisu di saku celana lelakinya yang tinggalkan jejak bibir, juga dari bau tubuh suaminya yang ia hapal  betul bau parfumnya yang tiba-tiba berubah bercampur dengan bau bernuansa feminin na’jis.  Juga dari tingkah suaminya yang belakangan mulai dingin.

”i love you too,” balas V dan terpaksa menyodorkan bibirnya lagi untuk dicium.  Tapi nanti ia akan membilasnya hingga bersih dengan alkohol kalau perlu agar rasa feminin na’jis itu tidak nempel dan menyertai perjalanannya.  Namun kemudian ia tidak jadi membersihkannya, dibiarkannya saja menempel dan melekat agar itu diingatnya sebagai alasan pembenaran akan apa yang akan dilakukannya dengan bibirnya nanti.


V mereda telinganya dengan earphone Blackberry-nya dan mendengarkan Full Eclipse-nya Beethoven yang membawanya melepas penat sambil merapikan posisi duduknya di kursi pesawat yang akan membawanya ke Jakarta.   Rasa nyaman mulai merasuki sekujur tubuhnya, relax sesaat hilangkan pikiran tentang rumah tentang lelakinya.  Tugas luar kota selalu membuatnya nyaman dan selalu diharapkannya setiap bulan agar kantor mengirimnya bukan yang lain.


Sementara si lelakinya selepas kantor langsung nongkrong di sebuah cafe favoritnya sambil  matanya keliling menggoda wanita-wanita cantik yang berkeliaran di cafe dan sekitarnya.  Satu dua kedipan akhirnya ia dapatkan mangsa merekapun kabur ke hotel terdekat, ternyata si wanita teman kencannya di belakang layar. Entah sudah berapa lama.


Di bandara V si perempuannya mampir ke coffee shop, pesan secangkir cappuccino dan sebungkus rokok. Sebelum menyulut sebatang rokoknya, ia menelepon lelakinya, namanya juga udah dipesan.  But, tuuut...tuuuttt....tuut  ”telepon yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.” 
”Fuck.” serapahnya marah, lalu mengambil sebatang rokoknya dan menyulutnya.  Di hisapnya dalam  sepuluh sedetik kemudian gumpalan asap berbentuk bulat dilepaskannya dari bibirnya yang terlihat kecewa.  matanya  serasa rabun dan perih ingin nangis tapi tatapnya jatuh pada seorang laki-laki yang memang terlihat sedang memperhatikannya, mungkin sejak ia memasuki coffee shop itu dari tempat duduknya yang tepat berada di samping pintu masuk. Kacamata hitam besar yang dipakainya menutup perih matanya yang tiba-tiba nakal menggodat.  Silaki-laki mendekatinya.
”ah, who care?,” katanya dan menyambut lelaki itu dengan senyum bibirnya yang masih menempel bekas jejak bibir lelakinya yang ada bekas jejak bibir si feminin na’jis.  Sebentar lagi ia akan menghapus semua jejak itu dan membuat jejak baru untuk dirinya sendiri.

Jam 4 ia sudah harus ke pertemuan untuk urusan kantor.  Sekarang baru jam 1, masih ada waktu 2 jam kosong.  V dan si laki-laki kabur ke hotel terdekat, merekapun bercengkrama selama dua jam di kamar hotel tanpa pemanasan tanpa kata-kata tanpa busana.  Tapi baru setengah jam mereka sudah bubaran, silaki-laki terkapar dan ngorok.  V sedikit kecewa karena mengharapkan sex yang hebat, ia bersandar sambil menyulut sebatang rokok sebelum berkemas, mandi dan keramas.  Tepat jam 4 dia sudah ada dipertemuan dengan klien. Jam 6 ia sudah kembali ke bandara menunggu pesawat yang akan membawanya pulang.  Jam 8.30 ia sudah dirumah, mencium hangat lelakinya.  
”semuanya lancar.” katanya saat lelakinya menanyakan hasil perjalanannya.