Jumat, 13 September 2013

perempuan yang memotong lelakinya lelaki itu

Ia kutemukan dipinggir jalan dan tak sadarkan diri,tergolek lemah dengan napas setengah setengah. Hampir mati dengan pakaian terkoyak, membuat badannya yang berdarah dan lebam sedikit telanjang. "duduk didekatku, jangan kau malu atau ragu. apalagi takut. aku bukan mereka yang telah khianatimu dengan berani lalu pergi. tinggalkan noda yang hitamkan langkah dan gelapkan tatapmu akan hari depan tanpa permisi."

Kujaga dan kurawat ia dirumah Ibu, membasuh lukanya hingga hilang pedih perih.  Ia ceritakan padaku tentang lelakinya yang perlakukan ia seperti binatang, Diperkosa dikamar remang bersama teman lelaki-lelakinya hingga pingsan.

Aku anak seorang perempuan yang biasa kupanggil Ibu, tapi biasa kupanggil Bunda karena sayang.  Jadi aku bisa rasakan dukamu, jadi jangan kau malu atau ragu apalagi takut.  aku telah membawamu ketempat ibu agar kau bisa dengarkan lembut tuturnya agar hatimu tak lagi rasakan luka. lalu kita akan menikmati secangkir kerinduan dan sepiring kasihnya sampai kau tertidur dan melupakan duka. Do'anya aka bawa hujan yang akan segarkanmu, bawa pergi airmata yang terlanjur kau teteskan.  menghapus semua noda hingga hilang tak berbekas. 

Ia masih malu, tatapnya ragu padaku.  Namun Ibu membuatnya berani, hitam panjang rambutnya debelai seperti membelai rambut anak perempuannya. sayangnya terucap dengan cinta yang tulus.  Iapun kembali ungkapkan rasa dalam jiwanya, tentang perasaan cintanya yang terlalu pada lelakinya.

Aku tak tahu kalau cinta bisa membuatmu begitu, membuatmu lemah lalu ingin mati tanpa ragu, padahal cinta telah campakkanmu dengan berani hingga membuatmu hina.

lalu Ia menangis. Bening menetes jatuh bak embun pagi, bawa kisah luka hati. mendung dipelupuk mata, lalu tumpah dengan isak. segenap jiwa turut, hanyut, deras mengalir seperti pancuran dibelakang rumah. hening, sunyi. hingga tak kaurasa, sepi.

"biarkan saja, memang itu jalannya. Airmata tercipta untuk mengurangi beban hati, biarkan saja. lalu duduklah didekatku, agar kau dengar saat kubisikkan cinta padamu."

tapi kau hanya diam dan berlalu, sedang cintaku tulus. mungkin kau masih menyimpan dendam pada lelaki, tapi aku bukan mereka yang telah campakkanmu dengan berani lalu pergi tanpa ragu.

Dan. kini ia menghilang. tinggalkan setumpuk kerinduan dan kesunyian. bersama bau tubuhnya yang memenuhi setiap sudut ruang. tanpa permisi, padaku juga pada Ibu.

Hingga pada satu sore kudengar cerita dari teman diujung gang, kau telah kembali lagi pada lelakimu yang dulu pernah campakkanmu. akupun tak mengerti, sedahsyat itukah cintamu hingga tak merasa terhinakan? dilecehkan diperkosa dibuang sampai kau hampir mati. aku tak percaya cinta bisa seperti itu.

kuingat kau kembali
sehari ini
saat bunga bunga hujan jatuh

kuingat kau kembali
sehari ini
saat mimpi mimpi sepi

kuingat kau kembali
sehari ini
dan kuingin kau lagi
sehari saja
saat bunga hujan jatuh agar mimpi tak lagi sepi

A few week later. aku dan Ibu terkejut.  saat mendengar kau masuk penjara karena telah memotong lelakinya lelakimu.  ia lelaki yang telah campakkanmu dengan berani, tinggalkan noda yang hinakanmu lalu pergi tanpa ragu.




Tidak ada komentar: