Perempuan
itu menangis dengan isak satu dua lalu menangis dengan lancar hingga suaranya
serak saat lelakinya katakan, “kita putus, putus, putus.”
Lelakinya pernah katakan sayang
hingga dalam tulang dan akan membawanya melebur dalam cinta hingga akhir. Tapi sekarang, buktinya ia meninggalkannya
membuangnya tanpa penjelasan tanpa katakata yang bisa hati dan pikirannya
terima.
“aku bosan.”
Dua
baris kata yang terdengar seperti sebaris kata, sangat menyakitkan dan tidak
berperi. Kata yang seharusnya tidak
pernah diucapkan oleh seorang manusia pada manusia lainnya apalagi mereka
pernah bersatu dalam cinta.
“aku bosan,”
Kata
itu seharusnya dialamatkan hanya untuk makanan cepat saji bukan untuknya.
Perempuan itu membersihkan air
matanya, “aku harus tegar,”katanya dalam hati sambil memejamkan matanya sejenak
agar perihnya hilang juga agar matanya tak terlihat teraniaya. Lalu ia duduk dengarkan Diego Modena bawakan implora-nya,
menarik napas dalam, dalam, kemudian dihembuskannya perlahan, perlahan.
“aku bosan?, huh,” katanya dengan
mata yang marah.
♥
Awalnya
mereka bercinta dengan hebat semalaman setelah itu lelakinya kelaparan hebat
dan mengobrak-abrik dapur mencari makanan yang bisa dimakan untuk mengembalikan
tenaganya setelah habis terkuras dalam sex yang hebat. Tapi dia tak menemukan apapun selain minuman,
minuman dan minuman.
Lelakinya marah, sedang-sedang saja
tapi katakatanya tak pernah berhenti berkatakata berulang ulang diulang ulang
hingga telinganya bosan. Iapun membalas
satu kata dua kata, lelakinya makin marah dan keluarkan banyak kata. Ia dongkol mendengar katakata lelakinya yang
menyinggung hati, marah merekapun makin hebat sampai habis kata.
Awalnya hanya satu kata, “Bosan,” dan aku hanya diam, lalu disusul dengan kata,
“aku bosan,” membuatku sedikit marah, kemudian lelakinya melempar piring, gelas
dan barang pecah belah lainnya hingga habis disusul dengan kata, “kita putus,
putus, putus.” Aku menangis dengan isak satu dua begitu lelakinya menghilang
tangisnya makin lancar dan makin menjadi hingga serak.
♥
Lelaki
itu menangis dengan isak satu dua lalu menangis dengan benar hingga kencingnya
keluar saat bekas perempuannya katakan, “kamu harus mati, mati, mati.”
Lelaki itu pernah katakan sayang
hingga dalam tulang berjanji akan membawanya melebur dalam cinta dan lenyap
didalamnya hingga akhir waktu. Tapi
janjinya palsu, ia memutus ikatan cinta mereka tanpa penjelasan tanpa katakata
yang bisa ia dan hati juga pikirannya bisa terima.
“aku muak.”
Dua
baris kata yang terdengar seperti sebaris kata dan terdengar sangat menyakitkan
dan tidak berperi. Kata yang memang
pantas di ucapkan oleh manusia pada
manusia yang telah menghina kehormatan perempuan dan juga cintanya.
“aku muak.”
Kata
itu seharusnya dari dulu ia ucapkan pada bekas lelakinya bukan sekarang.
Bekas lelakinya mengerang saat bekas
perempuannya menginjak lelakinya bekas lelakinya itu, air matanya tumpah
seiring suara erangannya yang memuakkan.
Penyesalannya tak didengar bekas perempuannya. Lelaki itu diikat sampai tak bisa gerak hanya
mulutnya saja dibiarkan bebas agar ia bisa mendengar rintihannya. Sambil duduk menatap bekas lelakinya
tergeletak tak berdaya ia dengarkan Bond dengan
Victory-nya, tersenyum puas, puas dan
tertawa bahagia.
Awalnya
bekas lelakinya dibuat pingsan lalu ia mengikatnya dan menaikkannya kedalam
mobil dan membawanya ke sebuah tempat jauh dari keramaian jauh dari semua di
sebuah tempat yang jauh, disebuah gubuk kecil ditepi hutan.
Ia memandangi lekat-lekat wajah
bekas lelakinya itu sampai ia tersadar dari pingsannya, lalu ia menendang,
menendang dan menendang sepuasnya ke lelakinya bekas lelakinya itu. menginjaknya hingga terdengar suara KRAKK!
diiringi jerit kesakitan bekas lelakinya, dan merintih, memohon, memelas. Tapi ia tak bergeming. Ia sudah terlanjur sakit, ia sudah terlanjur
sakit hati, ia sudah terlanjur dendam.
Marah, benci, dendam yang tercipta saat kata “aku bosan.” Diucapkan
bekas lelakinya itu.
Lelakinya memohon saat perempuan itu
meninggalkannya dan mengunci gubuk itu.
diambilnya bensin yang sudah disiapkannya dan disiram keseluruh bagian
gubuk hingga basah kuyup seperti diguyur hujan.
jerit bekas lelakinya makin keras, tapi ia tak perduli. Diambilnya korek api kayu dari kantung
celana, dinyalakannya dan dilemparkan kegubuk itu dan berlalu.
Baiknya kita menepi
Keseberang hutan
Dengarkan alam bernyanyi;
Tentang kita
Tentang rasa
Tentang cinta
Yang mulai sepi
Dan, coba kau tengok kekedalaman
hutan;
Dengarkan dengan hati
Suara nurani yang bernyanyi
Seperti kita dulu sebelum suntuk
Baiknya, kita diam dan rasakan
Buang amarah tinggalkan emosi
Sebab nurani masih ingin;
Kita
Rasa
Cinta
Yang masih ada dalam dada
Dan, baiknya;
Kita bercinta saja sampai lapuk
Lupakan inginmu untuk bercerai
Karena kata itu tak punya nurani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar