”Bagaimana aku bisa menikah dengannya bu, sedang aku
tidak mencintainya,”
”cinta, coba kau tanyakan pada ayahmu apa itu cinta?
Karena ibu juga tidak pernah mengetahui sampai ia menggauli ibu,”
”ibuu?!,”
”hey it’s true, ibu hanya mengenal ayahmu dari cerita
orang tua ibu, kakek dan nenekmu. Mereka
seperti iklan di televisi yang mempromosikan produknya, tanpa cela,”
”tapi itu dulu bu, sekarang kan beda. Zaman sudah berubah masa aku harus dipaksa
menikahi orang yang belum aku kenal,”
”ibu akan memperkenalkanmu seperti orang tua ibu
memperkenalkan ayahmu pada ibu,”
”God, aku tidak mencintainya bu,”
”Shit! Kata itu lagi, memangnya kamu mengerti apa itu
cinta? Cinta menurut ibu adalah terjaminnya masa depan. Ketenangan dan kasih sayang akan tercipta
dengan sendirinya. Selain itu, bukan
cinta, itu nafsu. Ya benar kamu bilang
zaman sudah berubah, karena itu ayah dan ibu mau menjodohkanmu. Dunia diluar sana sudah tidak punya moral,
kami takut kamu mengelu-elukan cinta, memujanya hingga kau lupa diri dan
berlaku tabu. Itulah cinta diluar sana,
yang sebenarnya adalah nafsu. Jangan
katakan kalau ibu salah, sebentar lagi kamu akan dirayu, dilumat lalu
ditinggalkan. Kamu seorang perempuan
muda, cantik, walau iman setinggi gunung pelan-pelan akan terkikis juga. Apalagi katakata lelaki, penuh nuansa magis,
eksotis, romantis dan sedikit erotis hingga tak sadar kamu akan terhipnotis
lalu habis kemudian menangis. Dan kamu
mau ibu dan ayahmu berduka karenanya?”
Diam. Mematung,
hanya ada marah, kecewa, sedikit bosan.
”so, siapa lelaki itu?”
”ayahmu yang mengenalnya, dan percayalah, kami bukan
orang tua yang tidak mengerti perasaan anaknya.
Kami mengenalmu, kami tahu keinginanmu.
Termasuk soal lelaki,”
”tapi apa ibu dan ayah juga tahu tentang hati, ku, juga
ci..”
”ya, dari diary-mu yang kau bakar. Untung saja ibu melihatnya, menyelamatkannya
dari kemusnahan,”
”ibu tidak boleh melakukan itu, bagaimanapun itu
rahasiaku,”
”kalau kamu masih perempuan muda single dan menjadi
tanggung jawab kami, kami masih berhak.
Kami tidak mau kau habis sebelum waktumu. Mekarlah nak, tapi jangan sia-siakan
harummu. Nikmati nak, tapi jangan
dinikmati. Hidup ini terlalu indah untuk
disia-siakan karena nafsu sesaat yang kau namakan cinta,”
”tapi ibu dan ayah memaksaku menikah,”
”ya, 25 tahun itu sudah uzur bagi perempuan apalagi
secantik dirimu. Nikmati hidup secara
legal akan lebih bermakna daripada sembunyi-sembunyi ditempat remang-remang
diwaktu yang kau curi-curi. Kalau sudah
bunting baru kaurasakan pening, ujung-ujungnya minta aborsi,”
Diam. Mematung,
ingin melawan tapi tak punya kata. Diam,
masih kecewa, masih marah, juga muak.
”maaf kalau ibu dan ayahmu memaksa, tapi setiap cinta
yang kautawarkan pada kami selalu berakhir luka,”
”itu karena ayah dan ibu terlalu keras pada lelaki-lelaki
ku, jelas aja mereka kabur,”
”apanya keras nak? Apa dont be late untuk mengembalikanmu
itu keras? Apa menanyakan who are you itu juga keras? Apa pertanyaan where do
you live? Itu juga keras? Anakku, itu tanggung jawab. How can us percayakan kamu pada orang yang
kami tidak tahu asal usulnya?,”
”but, aku mengenal mereka bu,”
”seperti si X yang kau buang itu? Apa kamu mengenalnya?
Tidak kan? Kamu memutuskannya karena ternyata ia sudah punya istri,”
Diam. Mematung
malu, sedikit kecewa. Tak ada marah,
hanya malu. Semakin bosan dan ingin
kabur,
”tapi bu,”
”ssh, cinta itu bisa tumbuh kalau kita sudah saling
mengenal. Pelan-pelan saja, dan
yakinlah, ayah dan ibu tidak akan menyerahkan anak tersayangnya pada lelaki
yang akan membuatnya kecewa. Kalau rasa
itu belum ada dan mengecewakanmu, tidakkah pernikahan itu menyatukan dua hati
yang berbeda?”
”ayah dan ibu keras kepala, ini yang membuat anak broken
home. Katakata kami tak pernah bisa
seirama dengan orang tua,”
”karena kalian masih menggunakan nafsu untuk mengatakan
katakata itu, otak kalian tertutup dari katakata yang baik dan benar. Mata kalian hanya melihat kebaikan satu dua
bulan kedepan, telinga kalian hanya mendengar kenikmatan satu dua bulan sedang
hati kalian hanya merasakan kasih sayang sesaat. Kami hanya membantu kalian membuka sedikit
celah di otak. Mata, telinga dan hati kalian agar mau memikirkan, mendengar,
melihat dan merasakan a real life, a real love.
Agar bisa menjadi pondasi menjalani hidup selanjutnya,”
”ya, tapi kita bisa memilih. Mana yang baik dan mana yang tidak. Ayah dan ibu tidak bisa mengatur jalan hidup
mu nantinya, tapi setidaknya kami...”
”ya ya ya, i understand.
Jadi kapan aku diperkenalkan dengan lelaki pilihan itu? Sebelum aku
bosan dan memilih pergi dari rumah. Aku
juga ngak ingin menyakiti ayah ibu, tapi kalau pilihan ayah ibu enggan dirasa
hati dan jiwaku sampai masa perkenalan ini.
Aku akan..”
”ya, kamu bisa mencari sendiri lelaki mu tapi tetap harus
kami...”
”no problem, you got it.” kataku agar percakapan ini
segera berakhir, ibu mengangguk setuju. Dan aku, segera menghubungi Z agar segera kerumah
karena benih yang diletakkannya dirahimku mulai merasa gundah.