Selasa, 30 September 2014

SIZI NURBAIA


”Bagaimana aku bisa menikah dengannya bu, sedang aku tidak mencintainya,”
”cinta, coba kau tanyakan pada ayahmu apa itu cinta? Karena ibu juga tidak pernah mengetahui sampai ia menggauli ibu,”
”ibuu?!,”
”hey it’s true, ibu hanya mengenal ayahmu dari cerita orang tua ibu, kakek dan nenekmu.  Mereka seperti iklan di televisi yang mempromosikan produknya, tanpa cela,”
”tapi itu dulu bu, sekarang kan beda.  Zaman sudah berubah masa aku harus dipaksa menikahi orang yang belum aku kenal,”
”ibu akan memperkenalkanmu seperti orang tua ibu memperkenalkan ayahmu pada ibu,”
”God, aku tidak mencintainya bu,”
”Shit! Kata itu lagi, memangnya kamu mengerti apa itu cinta? Cinta menurut ibu adalah terjaminnya masa depan.  Ketenangan dan kasih sayang akan tercipta dengan sendirinya.  Selain itu, bukan cinta, itu nafsu.  Ya benar kamu bilang zaman sudah berubah, karena itu ayah dan ibu mau menjodohkanmu.  Dunia diluar sana sudah tidak punya moral, kami takut kamu mengelu-elukan cinta, memujanya hingga kau lupa diri dan berlaku tabu.  Itulah cinta diluar sana, yang sebenarnya adalah nafsu.  Jangan katakan kalau ibu salah, sebentar lagi kamu akan dirayu, dilumat lalu ditinggalkan.  Kamu seorang perempuan muda, cantik, walau iman setinggi gunung pelan-pelan akan terkikis juga.  Apalagi katakata lelaki, penuh nuansa magis, eksotis, romantis dan sedikit erotis hingga tak sadar kamu akan terhipnotis lalu habis kemudian menangis.  Dan kamu mau ibu dan ayahmu berduka karenanya?”
Diam.  Mematung, hanya ada marah, kecewa, sedikit bosan.
”so, siapa lelaki itu?”
”ayahmu yang mengenalnya, dan percayalah, kami bukan orang tua yang tidak mengerti perasaan anaknya.  Kami mengenalmu, kami tahu keinginanmu.  Termasuk soal lelaki,”
”tapi apa ibu dan ayah juga tahu tentang hati, ku, juga ci..”
”ya, dari diary-mu yang kau bakar.  Untung saja ibu melihatnya, menyelamatkannya dari kemusnahan,”
”ibu tidak boleh melakukan itu, bagaimanapun itu rahasiaku,”
”kalau kamu masih perempuan muda single dan menjadi tanggung jawab kami, kami masih berhak.  Kami tidak mau kau habis sebelum waktumu.  Mekarlah nak, tapi jangan sia-siakan harummu.  Nikmati nak, tapi jangan dinikmati.  Hidup ini terlalu indah untuk disia-siakan karena nafsu sesaat yang kau namakan cinta,”
”tapi ibu dan ayah memaksaku menikah,”
”ya, 25 tahun itu sudah uzur bagi perempuan apalagi secantik dirimu.  Nikmati hidup secara legal akan lebih bermakna daripada sembunyi-sembunyi ditempat remang-remang diwaktu yang kau curi-curi.  Kalau sudah bunting baru kaurasakan pening, ujung-ujungnya minta aborsi,”
Diam.  Mematung, ingin melawan tapi tak punya kata.  Diam, masih kecewa, masih marah, juga muak.
”maaf kalau ibu dan ayahmu memaksa, tapi setiap cinta yang kautawarkan pada kami selalu berakhir luka,”
”itu karena ayah dan ibu terlalu keras pada lelaki-lelaki ku, jelas aja mereka kabur,”
”apanya keras nak? Apa dont be late untuk mengembalikanmu itu keras? Apa menanyakan who are you itu juga keras? Apa pertanyaan where do you live? Itu juga keras? Anakku, itu tanggung jawab.  How can us percayakan kamu pada orang yang kami tidak tahu asal usulnya?,”
”but, aku mengenal mereka bu,”
”seperti si X yang kau buang itu? Apa kamu mengenalnya? Tidak kan? Kamu memutuskannya karena ternyata ia sudah punya istri,”
Diam.  Mematung malu, sedikit kecewa.  Tak ada marah, hanya malu.  Semakin bosan dan ingin kabur,
”tapi bu,”
”ssh, cinta itu bisa tumbuh kalau kita sudah saling mengenal.  Pelan-pelan saja, dan yakinlah, ayah dan ibu tidak akan menyerahkan anak tersayangnya pada lelaki yang akan membuatnya kecewa.  Kalau rasa itu belum ada dan mengecewakanmu, tidakkah pernikahan itu menyatukan dua hati yang berbeda?”
”ayah dan ibu keras kepala, ini yang membuat anak broken home.  Katakata kami tak pernah bisa seirama dengan orang tua,”
”karena kalian masih menggunakan nafsu untuk mengatakan katakata itu, otak kalian tertutup dari katakata yang baik dan benar.  Mata kalian hanya melihat kebaikan satu dua bulan kedepan, telinga kalian hanya mendengar kenikmatan satu dua bulan sedang hati kalian hanya merasakan kasih sayang sesaat.  Kami hanya membantu kalian membuka sedikit celah di otak. Mata, telinga dan hati kalian agar mau memikirkan, mendengar, melihat dan merasakan a real life, a real love.  Agar bisa menjadi pondasi menjalani hidup selanjutnya,”
”but itulah hidup bu, hidup itu ada susah dan senangnya,”
”ya, tapi kita bisa memilih.  Mana yang baik dan mana yang tidak.  Ayah dan ibu tidak bisa mengatur jalan hidup mu nantinya, tapi setidaknya kami...”
”ya ya ya, i understand.  Jadi kapan aku diperkenalkan dengan lelaki pilihan itu? Sebelum aku bosan dan memilih pergi dari rumah.  Aku juga ngak ingin menyakiti ayah ibu, tapi kalau pilihan ayah ibu enggan dirasa hati dan jiwaku sampai masa perkenalan ini.  Aku akan..”
”ya, kamu bisa mencari sendiri lelaki mu tapi tetap harus kami...”

”no problem, you got it.” kataku agar percakapan ini segera berakhir, ibu mengangguk setuju. Dan aku,  segera menghubungi Z agar segera kerumah karena benih yang diletakkannya dirahimku mulai merasa gundah.